,.
Jakarta.
– Sejak lama diakui sebagai stimulan yang kuat,.
kopi.
telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari jutaan orang di seluruh dunia. Di balik rasanya yang pahit dan aromanya yang khas, kopi menyimpan berbagai efek yang erat kaitannya dengan kondisi psikologis seseorang, termasuk suasana hati (state of mind), stres, dan bahkan gejala kecemasan.
Efek Positif Kopi terhadap Mood dan Depresi.
Kopi merupakan zat psikoaktif yang fading luas digunakan di dunia. Dilansir dari.
Psychology Today.
, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi secara rutin berkaitan dengan penurunan risiko depresi. Dalam sebuah studi kohort selama 10 tahun terhadap lebih dari 50.000 wanita paruh baya, ditemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 2– 3 cangkir kopi berkafein per hari mengalami penurunan risiko depresi sebesar 15 persen. Sementara konsumsi 4 cangkir atau lebih per hari menurunkan risiko hingga 20 persen.
Efek ini berkaitan erat dengan peran kafein dalam meningkatkan pelepasan dopamin di korteks prefrontal otak, location yang penting dalam regulasi emosi dan motivasi. Dopamin merupakan natural chemical yang sering dikaitkan dengan rasa senang, semangat, dan penghargaan diri. Kadar dopamin yang rendah kerap ditemukan pada individu dengan depresi maupun kecemasan sosial.
Peran Kopi dalam Kecemasan.
Pandangan umum menyebutkan bahwa penderita gangguan kecemasan sebaiknya menghindari kafein. Meski benar dalam banyak kasus, ternyata ada pengecualian. Beberapa individu dengan kecemasan situasional justru merasakan penurunan kepanikan usai mengonsumsi kopi. Hal ini kembali dikaitkan dengan peran dopamin yang mampu menstabilkan state of mind dan meningkatkan perasaan aman.
Namun demikian, konsumsi kopi tetap harus dibatasi. Melebihi ambang batas konsumsi bisa menimbulkan efek sebaliknya. Studi dari Finlandia menyebutkan bahwa konsumsi lebih dari 8 cangkir kopi per hari dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Bahkan, dalam dosis tinggi dan jangka panjang, kafein dapat menguras mineral penting seperti magnesium, yang berperan dalam fungsi neurotransmiter otak.
Selain itu, kopi juga dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula darah, yang pada beberapa orang memicu kecemasan dan gangguan tidur. Kualitas tidur yang buruk, seperti diketahui, menjadi salah satu faktor pemicu depresi dan gangguan kecemasan.
Sistem Saraf dan Respons Stres.
Masih dilansir dari sumber yang sama, ketika seseorang mengalami stres, tubuh mengaktifkan sistem saraf simpatik yang mempercepat detak jantung dan pernapasan. Dalam kondisi typical, sistem saraf parasimpatik akan menyeimbangkan reaksi ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi tenang.
Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan psikologis untuk secara otomatis mengaktifkan sistem parasimpatik mereka. Dalam kondisi tersebut, konsumsi.
kopi.
, yakni kafein bisa memperparah reaksi stres, memicu hyper-arousal, bahkan serangan panik.
Situasi ini sering ditemukan pada individu yang mengalami injury masa lalu atau tidak memiliki pengalaman regulasi emosi sejak kecil. Ketika sistem realitas otak terganggu oleh lonjakan hormon stres, seseorang bisa kehilangan persepsi waktu, tempat, bahkan identitas, memicu kepanikan yang ekstrem.
Penelitian menunjukkan bahwa kafein dapat membantu mengurangi penurunan fungsi kognitif akibat kurang tidur, seperti menjaga fokus dan mempercepat penyelesaian tugas. Namun, efek ini dibayar dengan menurunnya akurasi. Artinya, kafein memang dapat meningkatkan kecepatan kerja, tetapi juga meningkatkan potensi kesalahan, terutama bila kualitas tidur seseorang buruk.
Zachary Alti, pelatih kesehatan dan terapis hubungan asal New York, menjelaskan bahwa kafein sebenarnya tidak menambah energi, melainkan memaksa tubuh melepaskan cadangan energi yang seharusnya digunakan untuk proses pemulihan. “Ini menyebabkan energi terbuang untuk tugas tertentu, sementara tugas existed bisa terganggu,” Alti menjelaskan.